Foto: batasnegeri.com
5 Fakta Tentang Bambu Runcing, Senjata Yang Dulu Untuk Bertempur Dan Merdeka -Bambu runcing merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari perang kemerdekaan. Bagaimana tidak, nyatanya senjata
tradisional ini adalah senjata yang benar digunakan oleh pejuang kemerdekaan
untuk melawan penjajah. Di tengah serangan-serangan penjajah yang menggunakan
senjata modern, senjata yang terbuat dari bambu ini menjadi salah satu senjata
yang realistis yang bisa diharapkan saat itu. Selain mudah dibuat,
penggunaannya pun juga mudah.
Foto: pradjamoeda.blogspot.com
Bambu Runcing merupakan senjata
tradisional yang akan selalu dikenang oleh Bangsa Indonesia. Senjata ini
merupakan senjata sederhana yang terbuat dari sebatang bambu dengan dilancipkan
ujung atasnya. Meskipun sederhana, nyatanya senjata ini menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah. Jika
diperhatikan, dalam film-film dokumenter perjuangan kemerdekaan Indonesia
selalu saja ada bambu runcing yang digunakan oleh tentara rakyat. Hal ini
karena bambu runcing layaknya sebuah identitas perjuangan kemerdekaan. Seperti sebuah anekdot, jika ingat bambu
runcing maka kita akan ingat perang kemerdekaan.
Foto: kelanakota.suarasurabaya.net
Bambu runcing sebenarnya bukanlah
senjata mematikan seperti senjata api yang bila ditembakkan akan langsung
mematikan musuh ataupun bisa langsung diobati. Meski demikian, pasukan Belanda
ternyata menyimpan ketakutan tersendiri bilamana harus berhadapan dengan
pasukan bersenjata bambu runcing ini. Seorang musuh yang terkena tusukan bambu
runcing tidak akan mati saat itu juga, matinya bisa berhari-hari kemudian bahkan
berbulan-bulan. Justru hal inilah yang ditakutkan oleh tentara Belanda. Karena
jika tidak mati saat itu juga, mereka harus terpaksa merasakan sakit luar biasa
akibat tusukan bambu runcing itu sebelum kematiannya. Hal seperti ini justru
akan lebih menyakitkan daripada harus mati ditempat. Terlebih lagi jika lukanya
terkena infeksi akibat kuman-kuman atau racun yang sengaja ditempelkan pada
ujung bambu runcing itu, tentu saja akan sangat menyakitkan.
Foto: mahajinoesa.wordpress.com
Di zaman pendudukan Jepang, bambu
runcing dikembangkan sebagai senjata untuk menghadang payung musuh yang terjun
dari udara. Saat itu senjata ini dikenal dengan sebutan takeyari. Laki-laki dan
perempuan pribumi dilatih langsung oleh tentara Jepang untuk menggunakan
takeyari ini yang memiliki ciri dibarengi dengan pekikan suara keras dan
teriakan kemarahan. Pelatihan ini semakin intens dilakukan terutama saat Jepang
kian terdesak oleh tentara sekutu. Di akhir masa penjajahan Jepang, bambu
runcing seakan menjadi bumerang bagi tentara Jepang karena dengan bambu runcing
ini pula lah pejuang kemerdekaan akan berperang menghadapi tentara Jepang.
Senjata Bambu runcing nantinya ternyata tidak hanya digunakan rakyat biasa untuk
melawan tentara Jepang. Sebagian besar satuan Badan Keamanan Rakyat (BKR)
ternyata juga turut menggunakan senjata ini melawan Jepang. Meski berstatus
pasukan perang, BKR sebenarnya tidak memiliki senjata api di sakunya melainkan
hanya para komandan saja.
Foto: goodnewsfromindonesia.id
Meski merupakan senjata
tradisional, bambu runcing memiliki kelebihan yang tak dimiliki oleh senjata
modern lainnya. Bambu runcing merupakan senjata yang dibuat dari sebatang bambu
sehingga tidak bisa dideteksi oleh metal detector. Tentu saja ini sangat
menguntungkan bagi pergerakan pasukan yang akan mendekati lawan. Dengan sifat
bahannya yang ringan dan mudah disembunyikan, bambu runcing semakin sempurna
bilamana digunaka menghadapi musuh. Selain itu, bambu runcing juga tidak
memiliki bunyi bila digunakan. Hal ini akan sangat menguntungkan untuk siasat
perang gerilya. Jika menggunakan senjata api, bunyinya bisa saja menarik
pasukan musuh lainnya menuju ke tempat bunyi tersebut berasal. Hal ini bisa
jadi sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perang besar. Namun, jika
menggunakan bambu runcing, membunuh seratus pasukan musuh pun tidak akan
diketahui pasukan yang lain secara mudah. Jadi, menggunakan bambu runcing itu
bisa sangat menguntungkan.
Foto: kabarin.co
Untuk mengingat perjuangan
kemerdekaan Indonesia, tak sedikit pemerintah kota yang turut membangun monumen
bambu runcing di sudut-sudut kotanya. Di Surabaya, sebagai Kota Pahlawan,
berdiri kokoh Monumen Bambu Runcing yang ada di Jalan Panglima Sudirman. Bagi
arek Suroboyo, bambu runcing adalah simbol patrotisme untuk menegakkan
kedaulatan bangsa di zaman penjajahan. Di Muntilan, Magelang, juga berdiri
monumen bambu runcing. Monumen yang didirikan pada tahun 1970-an ini digunakan
oleh warga setempat untuk mengingat keberhasilan mereka mengusir penjajah
Belanda. Bambu runcing bisa dikatakan adalah simbol sebuah perlawanan, sehingga
tidak salah rasanya jika banyak yang mengenang senjata ini dengan membangun
monumen bambu runcing di kotanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar